Rabu, 16 September 2009

Menilai Usaha, Bukan Hasil

Sebagai manusia, kita selalu terpaku pada kondisi untuk menilai seseorang berdasarkan hasil. Sedari kecil, kita dinilai untuk hasil ulangan, sekarang ini mungkin kita dinilai berdasarkan hasil prestasi yang kita buat untuk kelangsungan hidup. Ukuran rupiah seakan menjadi patokan penilaian kesuksesan orang, keberhasilan orang.

Hal di atas sejujurnya yang membuat kita terindikasi rasa frustasi dan depresi. Kita menjadi merasa tidak berharga tatkala usaha yang kita lakukan hanya menghasilkan jatuh bangun, menghasilkan kepahitan, bahkan sebagian masih tak membawa hasil apapun.

Kita pun seringkali akhirnya melakukan hal yang monoton hanya untuk mendapatkan hasil yang dinilai orang patut. Kita akhirnya tidak lagi mengejar apa yang menjadi impian, minat, serta usaha pembaharuan budi yang lebih baik daripada sekadar hasil yang dinilai manusia.

Kemarin saya yang seharian hanya nonton film mendapatkan kata-kata yang menarik dari film Pay It Forward (film lama, genre drama yang bagus untuk ditonton, silakan cari resensinya), di mana seorang guru berkata kepada muridnya,

“Aku menilaimu bukan karena dari hasil saja, aku menilaimu dari usahamu.”

Guru yang dapat mengatakan hal itu menurut saya luar biasa, karena memang biasanya kita selalu dinilai dari hasil, entah mau usaha dari mana, bahkan usaha yang negatif dan tidak halal bila membuahkan keberhasilan pun menjadi idola.

Saya jadi menyadari bahwa ada Oknum yang lebih luar biasa yang tidak memandang dan menilai kita berdasarkan hasil. Saya akhirnya bersyukur karena memiliki dan percaya pada Tuhan yang menilai kita berdasarkan usaha. Tatkala orang lain meremehkan peristiwa jatuh bangun, Ia yang senantiasa menopang untuk bangkit. Tatkala dunia hanya berpihak kepada mereka yang kuat, yang kaya, yang pandai, Ia adalah Sahabat yang lemah, miskin, bodoh tetapi senantiasa berusaha dan berserah pada-Nya.

Saya juga diingatkan bila Tuhan tidak menghargai usaha, mungkin tidak akan ada tokoh-tokoh penemu semacam Thomas Alfa Edison yang pada akhirnya akan membuahkan hasil. Mungkin mereka sudah merasa kecil akibat usaha yang tak menghasilkan apa-apa, tetapi nyatanya tidak, Ia yang menghargai usaha dan memberi kekuatan magis agar kita terus berusaha.

Jadi bila saat ini kita merasa kecil karena usaha-usaha yang masih belum membuahkan hasil, jangan menyerah... Ia yang melihat kerja keras bukan hanya karya... Ya... hasil, itu hanya masalah waktu, hasil baik itu hadiah-Nya, hasil buruk itu penghargaan dari-Nya, namun tak akan terjadi bila kita berhenti berusaha.



Femi Khirana
Kisah-kisah Inspiratif

Minggu, 06 September 2009

Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti

didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku

untuk membopongnya begitu keluar dari mobil.Jadi kubopong ia memasuki

rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang

sangat bahagia.Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air

bening.

Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk

menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih

diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami

berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang

bersamaan.

Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak

kusangka-sangka. Dewi hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang

cerah.Aku berdiri di balkon dengan Dewi yang sedang merangkulku. Hatiku

Sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang

kubelikan untuknya.

Dewi berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru


menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses,akan menjadi

sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah

menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku

melepaskan tangan Dewi dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa perabot,

O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"


Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.

Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku

walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit

untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan,

ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik.

Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama.Atau aku

akan menghidupkan komputer,membayangk an tubuh Dewi.Ini adalah hiburan

bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang

akan kau lakukan? "

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia

percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya.

Ketika istriku mengunjungi kantorku,Dewi baru saja keluar dari ruanganku.

Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan

berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia

kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. . Tapi

aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dewi berkata padaku," He Nang, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita

akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu

lagi.

Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya," Ada

sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka

dimatanya.. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia

melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana

istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku.

Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku

merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang

menjadi seorang yang asing dalam hidupku.. Akhirnya ia menangis dengan

keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku,

tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku.

Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis.

Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia

tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan

sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup

bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera

menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya sebulan lagi dan ia tidak

ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.Ia menyerahkan persyaratan

tersebut dan bertanya," He Nang, apakah kamu masih ingat bagaimana aku

memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah

kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",

katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada

waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan Ini, setiap pagi kamu

harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.

Aku memberitahukan Dewi soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia

tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang

ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan

perceraian itu. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami

kelihatan salah tingkah. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku

berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.Ia memejamkan mata dan berkata dengan

lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita."

Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami

begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari

bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku

melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar,

hati-hati kalau kamu lewat sana ."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra

seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.

Bayangan Dewi menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,

seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus

hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa

semakin erat. Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk

membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa

menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran". Aku

tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa

membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia

mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan

perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian

yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan

merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah

pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku,berjalan dari kamar

tidur
, melewati ruang duduk ke teras.

Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya

dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak

pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah

dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku

berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". Aku memeluknya dengan

kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita

begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut

keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dewi

membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dewi, Aku tidak ingin bercerai.

Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget.

"Maaf, Dewi, Aku cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai.

Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa

merasakan nilai-nilai dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling

mencintai lagi.Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke

rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi

aku minta maaf padamu"

Dewi tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan

menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.

Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati


sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.

Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita

tua..."

Dari milis Money magney

Rabu, 02 September 2009

Ketika Tuhan berkata Tidak

Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkan nya."

Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.."

Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri ."

Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri. "

Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan dan bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaanmengharapk an jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan.
Kita menginginkan harta yang berkecukupan , namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkan nya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"There's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way. We wont know what is God plan, but one thing we have to believe God always give us the best way eventhough it will hurt us.."

--
Wassalam

U L I L

Kopi asin rasa cinta

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil
luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis.
Sedangkan si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu
memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri
mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. si gadis agak
terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat
gugup untuk berkata apa-apa suasana hening ini berlangsung cukup lama, dan
akhirnya si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang aja
yuk...?!?".

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta
garam buat kopi saya?" Semua orang yang mendengar memandang dengan heran ke
arah si pria, aneh sekali!!. Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia
memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti
ini?", si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai
dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut,
asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini.

Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya,
ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen
kepada orang tua saya yang masih tinggal di sana."

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si
gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya
itu... Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu
kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya
dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya.

Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung
halamannya nun jauh di sana, masa kecilnya, dan keluarganya. Suasana kaku
langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya
menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua. Mereka akhirnya
berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang
lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian,
berhati baik, hangat, sangat perduli. Betul-betul seseorang yang sangat
baik. Si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu! Untung ada
kopi asin!!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita yang indah, si
gadis menikah dengan si pria dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap
saat si gadis membuat kopi untuk si pria, ia membubuhkan garam di dalamnya,
karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat
yang berkata, "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau
seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku
katakan padamu ..... tentang kopi asin. Ingat sewaktu kita pertama kali
jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula
tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena
kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus.

Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi
kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu
takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu
untuk suatu apa pun. Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi
jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin,
betul-betul aneh dan rasanya tidak enak.

Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan
saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan
untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila
saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan
memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus
meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari
bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai
garam? Si gadis pasti menjawab dengan yakin, "Rasanya manis !! "

============ ===
Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi
hanya untuk menyadari bahwa pendapat anda tentang seseorang itu bukan
seperti yang anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi. Tambahkan
Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada
gula. Hidup adalah sebuah seni hidup yang teramat indah, Nikmatilah dengan
tanggung jawab dan rasa syukur, apapun kelebihan dan kekurangan orang orang
di sekitar anda.

Dari milis money magnet

Selasa, 01 September 2009

"Alergi Hidup"

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan
hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.
Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati".

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit..".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu
sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu
sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap
kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir
terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat,
kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang
penyakit.

Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil
itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi
dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin
sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin
hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.

"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini...
Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau
minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan
tenang".

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia
datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang
satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan
senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang
disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu
malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam
masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran
Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia
mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu" . Sekali lagi,
karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan
manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan
pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah
pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa
aneh sekali dan berkata : "Sayang..., apa yang terjadi hari ini ? Selama
ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya
pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun
langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di
sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai
terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia
mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di
beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya
sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku
selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah,
maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi
sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana
dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol
itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian,
apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja,
maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah
bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan
merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah
jalan menuju ketenangan".

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih
mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.

Itulah sebabnya, ia selalu bahagia..., selalu tenang..., selalu Hidup........

Dari milis money Magnet