Rabu, 14 Oktober 2009
Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah.
Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya.
Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh
guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha,
namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai.
Ia menjadi benci akan teman-temannya.
Ia menjadi jengkel pada gurunya.
Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya:
"Pernahkah engkau memperhatikan kembang bakung
milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?"
Anak itu menggelengkan kepala.
"Bakung itu berkembang setiap pagi dan di akhir
hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati.
Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik,
ia telah memancarkan keindahannya. "
Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan
dengan penuh hati.
"Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama.
Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama
walau kadang tak dihiraukan orang.
Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau
tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih
bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa
dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni
memberikan keindahan."
Dan...Anak itu pun memahami maksud ibunya.
____________ _________ _________ _________ _________ ______
Kembang bakung ibarat seorang guru yang mengajarkan kita hal berikut:
'Hidupmu ada di telapakmu sendiri,
bukannya dalam genggaman tangan orang lain.
Dari milis Money Magnet
Rabu, 07 Oktober 2009
Suatu hari seorang Bapak tua hendak menumpang bis di Orchard Road. Pada saat
ia menginjakkan kaki kirinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dari
kakinya dan jatuh ke jalan. Lalu pintu segera menutup secara otomatis dan
bis mulai bergerak, sehingga ia tidak sempat memungut sepatu yang terjatuh
tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan
melemparkannya ke luar jendela.
Seorang pemuda yang duduk di dalam bis itu melihat kejadian itu merasa
heran. Ia lalu memberanikan diri dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku tadi
melihat apa yang anda lakukan, Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda
yang sebelahnya juga?”.
Si Bapak tua menjawab, “Supaya siapapun menemukan sepatuku bisa
memanfaatkannya.” Anak muda itu terperanjat.
Si Bapak melanjutkan, “Jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin
memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Satu sepatu
hilang dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagiku.
Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah
yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkannya.”
Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik.
Kamu bisa melihat bagaimana paradigma Bapak itu merupakan sesuatu yang
berbeda dan melawan arus dunia. Jim Elliot, seorang misionaris pernah
berkata, “He is no fool who gives what he can’t keep to gain what he can’t
lose.” (Bukahlah suatu kebodohan untuk menyerahkan apa yang tidak bisa
dipertahankan demi mendapatkan apa yang tidak bisa hilang).
by Agustinus Cahyana