Rabu, 30 Desember 2009

Malam itu jam di handphone sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, sementara aku dan istriku masih on the way home. Butiran gerimis kecil mulai nampak menghiasi kaca depan mobil kami. Sekitar dua ratus meter dari tikungan jalan menuju rumah, iring-iringan itupun tampak.

Dua kelompok Manusia Gerobak. Seorang lelaki berada didepan, menarik gerobak, sementara seorang perempuan -yang nampaknya istrinya- berjalan dibelakang mengikutinya. Di dalam gerobak, tampaklah dua orang anak kecil tertidur lelap berselimutkan botol-botol plastik bekas. Sedangkan kelompok kedua, kelompok yang lain, agak berbeda. Seorang lelaki tetap berada didepan, sementara seorang anak kecil perempuan duduk diujung gerobak sambil bernyanyi-nyanyi kecil, didalam gerobak, seorang perempuan hamil tua nampak berbaring, bersama koran-koran bekas. Pemandangan yang sangat unik. Sangat menyentuh.

Segera setelah melewati mereka mobil kami sengaja menepi. Terdorong oleh naluri dan hobby photography, akupun meraih kamera yang memang hampir selalu menemaniku kemanapun aku pergi dan bergegas mengabadikan pemandangan tersebut. Dengan angle dan penerangan seadanya, gambar keduanya berhasil kudapatkan. Tapi sesuatu dihati ini berbisik, bahwa apa yang kulakukan masih belum cukup. Aku melewati mereka kembali untuk kedua kalinya, kini setelah berada dalam posisi sejajar, istriku menurunkan kaca dan memberikan mereka sesuatu.

(Aku tentunya tidak mau menjadi seorang pemenang Pulitzer, namun kemudian stress dan mati bunuh diri karena objek fotonya yang notabene adalah seorang bocah hitam ceking kelaparan, mati digerogoti Burung Bangkai, hanya karena ia lebih mengutamakan memotret ketimbang menolong bocah malang tersebut !!!)

Terimakasih Eneng cantik !, teriak ibu dirombongan pertama hampir berbarengan dengan suaminya.
Terimakasih tante, teriiak anak kecil dirombongan kedua dengan sumringah.
Semoga banyak rejeki ya.., sapa ibunya yang tengah hamil tua, dari dalam gerobak, sambil tertawa riang.

Mendengar dan melihat kecerian mereka membuat aku merasa malu seketika itu juga. Baru saja kami menghadiri sebuah pentas luar biasa gemerlap, yang dihadiri oleh Agnes Monica. Dan kami nyaris BT karena tidak kebagian kursi. Kemudian setelah itu, kami menyempatkan diri untuk makan malam di sebuah Mall yang menyediakan konsep Makan di Bawah Langit Terbuka di roof top mereka, inipun dengan gerutuan karena lamanya pesanan kami muncul didepan hidung ini, akibat pengunjung yang luar biasa ramai.
Betapa mudah, kegembiraan dan keceriaan hidup kita direnggut oleh sesuatu yang sebenarnya remeh dan bukan persoalan hidup mati seperti itu. Kita seperti terbiasa, menggolongkan bahwa hal-hal tambahan itu begitu mutlak perlu dalam hidup kita, seakan tanpa itu semua hidup kita akan berhenti.

Tidak bisa tidur karena harga saham melorot.
Marah karena mobil kita masuk bengkel.
Stress karena gak kebagian ticket premier 2012.
BT karena hari Senin.
Uring-uringan karena dimarahin boss.
Ngedumel karena pesawat delay.
Bunuh diri di Mall karena putus cinta.
Dendam karena ide kita diserobot teman kantor.
Memaki-maki keadaan karena gak jadi luburan ke Hongkong.
Bertengkar dengan rekan bisnis karena sebuah kesalahpahaman biasa.
Membatalkan umroh hanya karena Dude Herlino batal umroh
(kallo yang ini mah..adegan film..Emak Ingin Naik Haji he..he..)

Dan lain sebagainya

Padahal kalau dipikir-pikir, semua itu “tidak sampai membuat kita demi anak istri menarik gerobak kesana-kemari. Atau tidak sampai menyeret kita untuk tidur dalam gerobak berselimutkan sampah-sampah yang akan dijual.

Atau bahkan lebih gila dari itu semua : melahirkan dalam gerobak !!

Sepertinya kita perlu mengubah pola pikir kita yang sudah sedemikian teracuni oleh gemerlap kesuksesan, persaingan dan keduniawian.

Menyisihkan waktu untuk sekedar menepi, agar lebih bersyukur dengan rejeki, pekerjaan dan hidup yang Sang Khaliq berikan kepada kita. Sehingga hal-hal tambahan itu dapat didudukkan dalam porsi yang lebih rendah atau bahkan jika terlalu membebani kenikmatan hidup, dapat dibuang saja kedalam gerobak sampah ! ***

--
what a wonderfull world !
what an abundance life !!
what an exciting journey !!!

Made Teddy Artiana, S. Kom

Rabu, 23 Desember 2009

Wawancara Dengan Tuhan

Wartawan Muda (WM)datang mewawancarai Tuhan (G). WM: Slmt Pagi Tuhan, sekiranya Tuhan punya waktu sedikit aku ingin bicara.

G: Ooo...waktuKU adlh KEKEKALAN, tdk ada masalah ttg Waktu. Apa pertanyaanmu?

WM: Tks.. Apa yg paling mengherankan bagiMU tentang kami manusia?

G: Hahaha.. kalian itu makhluk yg aneh. Pertama, suka mencemaskan masa Depan, sampai lupa hari ini.

Ke2, kalian hidup seolah olah tidak bakal mati.

Ke3, kalian cepat bosan sebagai anak-anak dan terburu-buru ingin dewasa. Namun stlh dewasa rindu lagi jadi anak2 : suka bertengkar, ngambek, dan ribut karena soal2 sepele.

Lalu Ke4, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, ttp membayarnya kembali utk mengembalikan kesehatan itu.

Hal2 begitulah yang membuat hidup kalian susah.

WM: Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA ?

G: sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian : Suka Melupakan nasihatKU.

Baiklah KUulangi lagi ya beberapa yg terpenting

1.. kalian harus sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah kesalahan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah menata diri agar kalian layak dikucuri rejeki.. jadi jangan mengejar rejeki, tetapi biarlah rejeki yang mengejar kalian.

2. Ingat : "siapa" yang kalian miliki itu lbh berharga dari pada "apa" yang kalian punyai. Perbanyaklah teman, kurangi musuh.

3. Jgn bodoh dgn cemburu dan membandingkan yg dimiliki org lain. Melainkan Bersyukurlah dgn apa yg sdh kalian terima. Khususnya, kenalilah talenta dan potensi yg kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya, maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis Rejeki yg akan mengejar kalian.

4. Ingat orang yg disebut Kaya bukanlah dia yg berhasil mengumpulkan yg paling banyak, tetapi adalah dia yg paling "sedikit" memerlukan, sehingga masih sanggup memberi kpd sesamanya. Ok ?

Yg terpenting buat kamu pribadi yg sdg membaca ini, bisa mengerti dan bertindaklah.

Ingat janji ini:

AKU Tidak Akan Meninggalkanmu. .!!

Rudi "Momo" Muliyono, C.Ht. - QHI

Senin, 14 Desember 2009

KEHIDUPAN SANG ELANG

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai
umur paling panjang didunia. Umurnya dapat
mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur
sepanjang itu seekor elang harus membuat
suatu keputusan yang sangat berat pada
umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai
menua, paruhnya menjadi panjang dan
membengkok hingga hampir menyentuh dadanya.
Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya
telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat
menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu,
elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu
kematian, atau Mengalami suatu proses
transformasi yang sangat menyakitkan - suatu
proses transformasi yang panjang selama 150
hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus
berusaha keras terbang keatas puncak gunung
untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang ,
berhenti dan tinggal disana selama proses
transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya
pada batu karang sampai paruh tersebut
terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam
beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus
mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan
ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan
mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu
proses yang panjang dan menyakitkan. Lima
bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru
sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang
kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang
tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan
barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga
harus melakukan suatu keputusan yang sangat
berat untuk memulai sesuatu proses
pembaharuan. Kita harus berani dan mau
membuang semua kebiasaan lama yang mengikat,
meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu
yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku
lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi
menggapai tujuan yang lebih baik di masa
depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan
beban lama, membuka diri untuk belajar hal-
hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan kita yang
terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap
masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di
dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa
atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu
menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.
Anda adalah elang-elang itu.

Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus
berubah!

Source: NO NAME

Selasa, 08 Desember 2009

Di sini operator

Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telepon di rumah kami.
Inilah telepon masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau
mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta
disambungkan dengan nomor telepon lain. Sang operator akan menghubungkan
secara manual.

Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa, kalau putaran di putar, sebuah
suara yang ramah, manis, akan berkata : "Operator". Dan si operator ini maha
tahu.

Ia tahu semua nomor telepon orang lain!

Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue
di ujung kota.

Pengalaman pertama dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun
dirumah, dan jempol kiri saya terjepit pintu. Saya berputar putar kesakitan
dan memasukkan jempol ini kedalam mulut tatakala saya ingat .... Operator!!!

Segera saya putar bidai pemutar dan menanti suaranya.

" Disini operator..."

" Jempol saya kejepit pintu..." kata saya sambil menangis. Kini emosi bisa
meluap, karena ada yang mendengarkan.

" Apakah ibumu ada di rumah ? " tanyanya.

" Tidak ada orang "

" Apakah jempolmu berdarah ?"

" Tidak, cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali "

" Bisakah kamu membuka lemari es? " tanyanya.

" Bisa, naik di bangku. "

" Ambillah sepotong es dan tempelkan pada jempolmu..."

Sejak saat itu saya selalu menelpon operator kalau perlu sesuatu.

Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah
Negara, tanya tentang matematik. Ia juga menjelaskan bahwa tupai yang saya
tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan , makannya kacang atau buah.

Suatu hari, burung peliharaan saya mati.

Saya telpon sang operator dan melaporkan berita duka cita ini.

Ia mendengarkan semua keluhan, kemudian mengutarakan kata kata hiburan yang
biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang sedih. Tapi rasa
belasungkawa saya terlalu besar. Saya tanya : " Kenapa burung yang pintar
menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di
kandangnya ?"

Ia berkata pelan : " Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain..." Kata -
kata ini tidak tau bagaimana bisa menenangkan saya.

Lain kali saya telpon dia lagi.

" Disini operator "

" Bagaimana mengeja kata kukuruyuk?"

Kejadian ini berlangsung sampai saya berusia 9 tahun. Kami sekeluarga
kemudian pindah kota lain. Saya sangat kehilangan " Disini operator "

Saya tumbuh jadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu
saya nikmati. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau
meladeni anak kecil.

Beberapa tahun kemudian, saat jadi mahasiswa, saya studi trip ke kota asal.
Segera sesudah saya tiba, saya menelpon kantor telepon, dan minta bagian "
operator "

" Disini operator "

Suara yang sama. Ramah tamah yang sama.

Saya tanya : " Bisa ngga eja kata kukuruyuk "

Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan : "Jempolmu yang kejepit pintu
sudah sembuh kan ?"

Saya tertawa. " Itu Anda.... Wah waktu berlalu begitu cepat ya "

Saya terangkan juga betapa saya berterima kasih untuk semua pembicaraan
waktu masih kecil. Saya selalu menikmatinya. Ia berkata serius : " Saya yang
menikmati pembicaraan denganmu. Saya selalu menunggu nunggu kau menelpon"

Saya ceritakan bahwa , ia menempati tempat khusus di hati saya. Saya
bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi. " Tentu, nama saya Saly "

Tiga bulan kemudian saya balik ke kota asal. Telpon operator. Suara yang
sangat beda dan asing. Saya minta bicara dengan operator yang namanya Saly.
Suara itu bertanya " Apa Anda temannya ?"

" Ya teman sangat lama "

" Maaf untuk kabarkan hal ini, Saly beberapa tahun terakhir bekerja paruh
waktu karena sakit sakitan. Ia meninggal lima minggu yang lalu..."

Sebelum saya meletakkan telepon, tiba tiba suara itu bertanya : "Maaf,
apakah Anda bernama Johnny ?"

"Ya "
" Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong
kertas, sebentar ya....."

Ia kemudian membacakan pesan Saly :

" Bilang pada Johnny, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN... Johnny
akan mengerti kata kata ini...."

Saya meletakkan gagang telepon. Saya tahu apa yang Saly maksudkan.

Jangan sekali sekali mengabaikan, bagaimana Anda menyentuh hidup orang lain.

Dari milis Money Magnet

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya! "

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ...Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?

Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga di universitas. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab,tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? "

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. .."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu,ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku."Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

(Diterjemahkan dari "I Cried for My Brother Six Times")
Milis Money Magnet

Kamis, 03 Desember 2009

8 X 3 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik.
Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko
kain sedang dikerumunin banyak orang.
Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak
usah diperdebatkan lagi".
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata:
"Siapa minta pendapatmu?
Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah
Confusius yang berhak mengatakan".
Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong
untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu". Keduanya sepakat
untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.
Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan
Hui sambil tertawa: "3x8 = 23.
Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui
tidak akan berdebat dengan gurunya.
Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu
dia berikan kepada pembeli kain.
Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan
Hui menerima penilaian Confusius
tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun
sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya.
Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi
hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.
Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat
kembali setelah urusannya selesai,
dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh
di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba2
angin kencang disertai petir,
kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di
bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius
dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia
meninggalkan pohon itu.
Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui
terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut
malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya.
Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan
ranjang, dia meraba dan mendapati
ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia
sangat marah, dan mau menghunus pedangnya.
Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius,
jangan membunuh.
Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya
adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan
berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"
Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan
turun hujan petir,
makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.
Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru
mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."
Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan
keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku.
Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah
dan kehilangan jabatanmu.
Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang
kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa.
Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih
penting?"
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang
lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun.
Murid benar2 malu." Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu
mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan
seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah
kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
Banyak hal ada kadar kepentingannya.
Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi
akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah
yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat
penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Istri tidak mau menghiraukan kamu, semua harus "do it yourself")
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman).

Dari milis Money Magnet

Selasa, 01 Desember 2009

Papa

Bagi seorang yang sudah dewasa, yang sedang jauh dari orangtua, akan sering merasa kangen dengan mamanya.
Bagaimana dengan papa?

Mungkin karena mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaan setiap hari.
Tapi tahukah kamu, jika ternyata papalah yang mengingatkan mama untuk meneleponmu?

Saat kecil, mamalah yang lebih sering mendongeng.
Tapi tahukah kamu bhw sepulang papa bekerja dg wajah lelah beliau selalu menanyakan apa yg kamu lakukan seharian.

Saat kamu sakit batuk/pilek, papa kadang membentak "sudah dibilang jangan minum es!".
Tapi tahukah kamu bahwa papa sebetulnya mengkhawatirkanmu?

Ketika kamu remaja, kamu menuntut utk dpt izin keluar malam. Papa dgn tegas berkata "tidak boleh!"
Sadarkah kamu bhw sebenarnya papa hanya ingin menjagamu?

Karena bagi papa, kamu adalah sesuatu yg sangat berharga.
Saat kamu bisa lebih dipercaya, papapun melonggarkan aturannya
Kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan papa adalah menunggu di ruang tamu dengan sangat khawatir.

Ketika kamu dewasa, dan harus kuliah di kota lain. Papa harus melepasmu.
Tahukah kamu bhw badan papa terasa kaku utk memelukmu?
Dan papa sangat ingin menangis.

Di saat kamu memerlukan ini-itu, utk keperluan kuliahmu, papa hanya mengernyitkan dahi.
Tapi tanpa menolak, beliau memenuhinya.
Tahukah kamu bahwa papamulah yang dg susah payah mencarikan pinjaman/kredit utk segala keperluanmu ?
Sp motor, bea2 sekolah n semua bea2 hidupmu ?

Saat kamu diwisuda, Papamulah orang pertama yg berdiri dan bertepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dan bangga.

Sampai ketika teman priamu datang utk meminta izin mengambilmu dari papa.
Papa akan sangat berhati-hati dalam memberi izin.
Karena papa tahu, bahwa pria itulah yg akan menggantikan posisinya kelak dikemudian hari.

Dan akhirnya, saat papa melihatmu duduk di pelaminan bersama pria yg dianggapnya pantas menggantikannya, papapun tersenyum bahagia.

Apa kamu tahu, bhw papa sempat pergi ke belakang dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat bahagia. Dan iapun berdoa "Ya Alloh Syukur Alhamdulillaaaah, tugasku telah selesai dg baik. Bahagiakan putri kecilku yg manis bersama suaminya, amin3X".

Setelah itu papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yg sesekali datang utk menjenguknya, dg rambut yg memutih dan badan yg tak lagi kuat utk menjagamu

Oleh : Tenang Santoso (Milis Money Magnet)

Senin, 30 November 2009

Syukur

DENGAN APA KEKAYAAN DIUKUR?
Sekarang saya sangat yakin. Kekayaan bukanlah uang.Kekayaan bukanlah mobil-mobil yang Anda kendarai atau rumah-rumah yang Anda miliki.Kekayaan bukanlah perhiasan Anda, saham, atau simpanan Anda di bank.Sekarang saya percaya kalau kekayaan adalah suatu emosi.Kekayaan adalah suatu perasaan di dalam hati.Lebih tepatnya, kekayaan adalah suatu pandangan, suatu sikap, suatu kepercayaan. Dan ukuran kekayaan yang paling nyata adalah rasa syukur.Teman saya di atas, meskipun seorang multi-jutawan, tapi sangat miskinkarena ia memiliki rasa syukur yang sangat sedikit. Tiadanya rasasyukur berfokus pada apa yang ia tidak miliki; Rasa syukur berfokuspada apa yang Anda miliki.Ingatlah kebenaran yang menguatkan ini: Kekayaan Anda sama dengan RasaSyukur Anda. Dan Rasa Syukur Anda sama dengan Kekayaan Anda.Tapi rasa syukur macam apa yang Anda miliki?

Mari kita cari tahu…3 MACAM RASA SYUKUR
Ada tiga tingkatan rasa syukur:- Rasa syukur yang dangkal- Rasa syukur yang sederhana- Rasa syukur yang kudus.

Rasa Syukur Yang DangkalIni terjadi ketika Anda bersyukur untuk hal-hal yang besar saja.Anda menang lotere.Anda mendapat sebuah mobil baru.Anda berhasil lulus ujian setelah 9 kali mengulang.Puteri Anda akhirnya menikah pada usia 45.Visa Anda disetujui setelah menunggu selama 16 tahun.Suami Anda yang tidak setia, pengangguran, peminum akhirnya berubah.Bagaimana mungkin Anda tidak mengucap syukur?Setiap orang mulai dengan Rasa Syukur yang Dangkal. Saya menyebutnya dangkal karena perasaan syukur ini akan lebih cepat berlalu.Rasa Syukur yang Dangkal baik. Namun jika Anda ingin sungguh-sungguh bahagia, Anda perlu naik tingkat ke bentuk rasa syukur yang lebih dalam…2.

Rasa Syukur Yang SederhanaDalam Rasa Syukur yang Sederhana, Anda bersyukur bahkan untuk hal-hal kecil dalam hidup. Untuk atap yang melindungi kepala Anda, untuk makanan yang bersisa di meja Anda, untuk keluarga yang agakmemusingkan di sekeliling Anda. Hal-hal biasa yang Anda terima.Ingat kalimat terkenal ini?Saya pernah merasa sedih karena tidak punya sepatu, hingga sayabertemu dengan seorang pria yang tidak mempunyai kaki. - NN.Suatu hari, seorang teman mengeluh tentang kerontokan rambut yangdialaminya. Saya mengatakan padanya untuk berpikir positif: rambutnyabukan rontok, tapi dahinya yang bertambah lebar. Ia tidak percaya padasaya dan menjadi semakin depresi.Karena itu saya mengirimkan sms padanya kalimat di atas dengan versiyang sedikit berbeda:Saya pernah merasa sedih karena tidak punya rambut hingga saya bertemuseorang pria yang tidak mempunyai kepala.Saya rasa itu menyadarkannya. Jika Anda harus memilih antara kebotakandan dipenggal, mana yang akan Anda pilih? Sekarang, ia membuat kepalanya mengkilap dan memanggil dirinya sendiriBruce Willis.

Tapi tahukah Anda bahwa ada sesuatu yang lebih luar biasa daripada Rasa Syukur yang Sederhana? Rasa Syukur Yang Kudus. Dalam Rasa Syukur yang Kudus, Anda bersyukur untuk hidup itu sendiri.Anda bersyukur bahwa Anda hidup.Anda bersyukur bahwa Anda ada.Anda bersyukur bahwa Anda bernafas!Anda bersyukur untuk setiap petualangan dalam hidup sehari-hari, dengan semua naik-turunnya, tinggi-rendahnya, dan lika-likunya. .Rasa syukur macam ini tidak lagi tergantung pada situasi.Dan ada sebuah perbedaan besar antara tahu Anda perlu bersyukur, dankenyataan memiliki setiap sel dalam tubuh Anda yang berseru, Terimakasih! Ini Rasa Syukur yang Kudus.Hal ini merupakan salah satu hal termanis di dunia.Tak satupun dapat menyentuh Anda. Anda merasa damai.Ketika Anda memiliki Rasa Syukur yang Sederhana dan khususnya Rasa Syukur yang Kudus Anda menerima begitu banyak berkat.

APAKAH ANDA SEORANG AHLI BERKAT ATAU SEORANG AHLI MASALAH?Mengapa orang-orang yang bersyukur adalah ahli berkat?Alasan pertama: Rasa syukur adalah salah satu bentuk cinta yang palingkuat. Karena itu rasa syukur mengusir ketakutan dalam hidup Anda..Alasan kedua: Karena orang-orang yang bersyukur berfokus padaberkat-berkat dalam hidup mereka, mereka menjadi Ahli-ahli Berkat. Apa maksudnya? Mereka tahu bagaimana bentuk, suara, bau, danrasa sebuah berkat. Karena itu, ketika mereka membuka mata mereka danmelihat sekeliling hidup mereka, mereka akan mencium sebuah berkatyang satu mil jauhnya! Mereka akan menghampiri dan meraihnya.Orang- orang yang tidak bersyukur adalah Ahli-ahli Masalah.Ketika mereka melihat sekeliling hidup mereka, mereka tidak dapatmelihat berkat di depan mata mereka karena mereka tidak tahu bagaimana rupanya.Saya harap Anda menjadi seorang Ahli Berkat.Percayalah, ini sangat mengasikkan!
Semoga impian Anda menjadi kenyataan.

Oleh : Ricardo Bhirawa - Money Magnet

Kamis, 26 November 2009

Enggan.....

Banyak yg ingin SEKUAT baja, tp enggan DITEMPA,
Banyak yg ingin SEHARUM dupa, tp enggan DIBAKAR,
Banyak yg ingin SECEMERLANG emas, tp enggan DILEBUR,
Banyak yg ingin raih KEMENANGAN, tp enggan terima TANTANGAN,
Banyak yg ingin BERGUNA bg dunia, tp enggan BERBAGI,
Banyak yg ingin MENGASIHI, tp enggan MEMAAFKAN

Kapankah Anda memutuskan untuk MAU? Dan tidak lagi enggan?

Rudi "Momo" Muliyono, C.Ht. - QHI
Money Magnet

Rabu, 14 Oktober 2009

KEMBANG BAKUNG

Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah.
Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya.
Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh
guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha,
namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai.
Ia menjadi benci akan teman-temannya.
Ia menjadi jengkel pada gurunya.

Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya:
"Pernahkah engkau memperhatikan kembang bakung
milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?"
Anak itu menggelengkan kepala.

"Bakung itu berkembang setiap pagi dan di akhir
hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati.
Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik,
ia telah memancarkan keindahannya. "
Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan
dengan penuh hati.

"Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama.
Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama
walau kadang tak dihiraukan orang.
Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau
tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih
bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa
dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni
memberikan keindahan."

Dan...Anak itu pun memahami maksud ibunya.

____________ _________ _________ _________ _________ ______

Kembang bakung ibarat seorang guru yang mengajarkan kita hal berikut:
'Hidupmu ada di telapakmu sendiri,
bukannya dalam genggaman tangan orang lain.

Dari milis Money Magnet

Rabu, 07 Oktober 2009

SEPATU

Suatu hari seorang Bapak tua hendak menumpang bis di Orchard Road. Pada saat
ia menginjakkan kaki kirinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dari
kakinya dan jatuh ke jalan. Lalu pintu segera menutup secara otomatis dan
bis mulai bergerak, sehingga ia tidak sempat memungut sepatu yang terjatuh
tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan
melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk di dalam bis itu melihat kejadian itu merasa
heran. Ia lalu memberanikan diri dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku tadi
melihat apa yang anda lakukan, Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda
yang sebelahnya juga?”.

Si Bapak tua menjawab, “Supaya siapapun menemukan sepatuku bisa
memanfaatkannya.” Anak muda itu terperanjat.

Si Bapak melanjutkan, “Jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin
memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Satu sepatu
hilang dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagiku.
Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah
yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkannya.”

Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik.
Kamu bisa melihat bagaimana paradigma Bapak itu merupakan sesuatu yang
berbeda dan melawan arus dunia. Jim Elliot, seorang misionaris pernah
berkata, “He is no fool who gives what he can’t keep to gain what he can’t
lose.” (Bukahlah suatu kebodohan untuk menyerahkan apa yang tidak bisa
dipertahankan demi mendapatkan apa yang tidak bisa hilang).

by Agustinus Cahyana

Rabu, 16 September 2009

Menilai Usaha, Bukan Hasil

Sebagai manusia, kita selalu terpaku pada kondisi untuk menilai seseorang berdasarkan hasil. Sedari kecil, kita dinilai untuk hasil ulangan, sekarang ini mungkin kita dinilai berdasarkan hasil prestasi yang kita buat untuk kelangsungan hidup. Ukuran rupiah seakan menjadi patokan penilaian kesuksesan orang, keberhasilan orang.

Hal di atas sejujurnya yang membuat kita terindikasi rasa frustasi dan depresi. Kita menjadi merasa tidak berharga tatkala usaha yang kita lakukan hanya menghasilkan jatuh bangun, menghasilkan kepahitan, bahkan sebagian masih tak membawa hasil apapun.

Kita pun seringkali akhirnya melakukan hal yang monoton hanya untuk mendapatkan hasil yang dinilai orang patut. Kita akhirnya tidak lagi mengejar apa yang menjadi impian, minat, serta usaha pembaharuan budi yang lebih baik daripada sekadar hasil yang dinilai manusia.

Kemarin saya yang seharian hanya nonton film mendapatkan kata-kata yang menarik dari film Pay It Forward (film lama, genre drama yang bagus untuk ditonton, silakan cari resensinya), di mana seorang guru berkata kepada muridnya,

“Aku menilaimu bukan karena dari hasil saja, aku menilaimu dari usahamu.”

Guru yang dapat mengatakan hal itu menurut saya luar biasa, karena memang biasanya kita selalu dinilai dari hasil, entah mau usaha dari mana, bahkan usaha yang negatif dan tidak halal bila membuahkan keberhasilan pun menjadi idola.

Saya jadi menyadari bahwa ada Oknum yang lebih luar biasa yang tidak memandang dan menilai kita berdasarkan hasil. Saya akhirnya bersyukur karena memiliki dan percaya pada Tuhan yang menilai kita berdasarkan usaha. Tatkala orang lain meremehkan peristiwa jatuh bangun, Ia yang senantiasa menopang untuk bangkit. Tatkala dunia hanya berpihak kepada mereka yang kuat, yang kaya, yang pandai, Ia adalah Sahabat yang lemah, miskin, bodoh tetapi senantiasa berusaha dan berserah pada-Nya.

Saya juga diingatkan bila Tuhan tidak menghargai usaha, mungkin tidak akan ada tokoh-tokoh penemu semacam Thomas Alfa Edison yang pada akhirnya akan membuahkan hasil. Mungkin mereka sudah merasa kecil akibat usaha yang tak menghasilkan apa-apa, tetapi nyatanya tidak, Ia yang menghargai usaha dan memberi kekuatan magis agar kita terus berusaha.

Jadi bila saat ini kita merasa kecil karena usaha-usaha yang masih belum membuahkan hasil, jangan menyerah... Ia yang melihat kerja keras bukan hanya karya... Ya... hasil, itu hanya masalah waktu, hasil baik itu hadiah-Nya, hasil buruk itu penghargaan dari-Nya, namun tak akan terjadi bila kita berhenti berusaha.



Femi Khirana
Kisah-kisah Inspiratif

Minggu, 06 September 2009

Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti

didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku

untuk membopongnya begitu keluar dari mobil.Jadi kubopong ia memasuki

rumah kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang

sangat bahagia.Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air

bening.

Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk

menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih

diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami

berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang

bersamaan.

Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak

kusangka-sangka. Dewi hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang

cerah.Aku berdiri di balkon dengan Dewi yang sedang merangkulku. Hatiku

Sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang

kubelikan untuknya.

Dewi berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru


menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitu sukses,akan menjadi

sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah

menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku

melepaskan tangan Dewi dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa perabot,

O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"


Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.

Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku

walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit

untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan,

ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik.

Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama.Atau aku

akan menghidupkan komputer,membayangk an tubuh Dewi.Ini adalah hiburan

bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang

akan kau lakukan? "

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia

percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh darinya.

Ketika istriku mengunjungi kantorku,Dewi baru saja keluar dari ruanganku.

Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan

berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia

kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. . Tapi

aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dewi berkata padaku," He Nang, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita

akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu

lagi.

Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya," Ada

sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka

dimatanya.. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia

melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surat perceraian dimana

istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku.

Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku

merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang

menjadi seorang yang asing dalam hidupku.. Akhirnya ia menangis dengan

keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku,

tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku.

Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis.

Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia

tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan

sebelum menceraikannya, dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup

bersama seperti biasanya. Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera

menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya sebulan lagi dan ia tidak

ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.Ia menyerahkan persyaratan

tersebut dan bertanya," He Nang, apakah kamu masih ingat bagaimana aku

memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah

kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",

katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada

waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan Ini, setiap pagi kamu

harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu.

Aku memberitahukan Dewi soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia

tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang

ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan

perceraian itu. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami

kelihatan salah tingkah. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku

berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku.Ia memejamkan mata dan berkata dengan

lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita."

Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami

begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari

bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku

melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar,

hati-hati kalau kamu lewat sana ."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra

seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.

Bayangan Dewi menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,

seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus

hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa

semakin erat. Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk

membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa

menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran". Aku

tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa

membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia

mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan

perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian

yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan

merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah

pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku,berjalan dari kamar

tidur
, melewati ruang duduk ke teras.

Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya

dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak

pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah

dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku

berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". Aku memeluknya dengan

kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita

begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut

keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dewi

membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dewi, Aku tidak ingin bercerai.

Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget.

"Maaf, Dewi, Aku cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai.

Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa

merasakan nilai-nilai dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling

mencintai lagi.Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke

rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi

aku minta maaf padamu"

Dewi tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan

menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.

Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati


sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.

Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita

tua..."

Dari milis Money magney

Rabu, 02 September 2009

Ketika Tuhan berkata Tidak

Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkan nya."

Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.."

Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri ."

Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri. "

Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan dan bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaanmengharapk an jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah.
Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan.
Kita menginginkan harta yang berkecukupan , namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkan nya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"There's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way. We wont know what is God plan, but one thing we have to believe God always give us the best way eventhough it will hurt us.."

--
Wassalam

U L I L

Kopi asin rasa cinta

Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah pesta, si gadis tampil
luar biasa cantiknya, banyak lelaki yang mencoba mengejar si gadis.
Sedangkan si pria sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu
memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia memberanikan diri
mengajak si gadis untuk sekedar mencari minuman hangat. si gadis agak
terkejut, tapi karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee shop, tapi si pria sangat
gugup untuk berkata apa-apa suasana hening ini berlangsung cukup lama, dan
akhirnya si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata, "Kita pulang aja
yuk...?!?".

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang pramusaji, "Bisa minta
garam buat kopi saya?" Semua orang yang mendengar memandang dengan heran ke
arah si pria, aneh sekali!!. Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia
memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa punya hobi seperti
ini?", si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di daerah pantai
dekat laut, saya suka bermain di laut, saya dapat merasakan rasanya laut,
asin dan sedikit menggigit, sama seperti kopi asin ini.

Dan setiap saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa kanak-kanak saya,
ingat kampung halaman, saya sangat rindu kampung halaman saya, saya kangen
kepada orang tua saya yang masih tinggal di sana."

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai berkaca-kaca, dan si
gadis sangat tersentuh akan perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya
itu... Si gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa ia rindu
kampung halamannya, pasti pria itu mencintai rumahnya, perduli akan rumahnya
dan mempunyai tanggung jawab terhadap rumahnya.

Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga tentang kampung
halamannya nun jauh di sana, masa kecilnya, dan keluarganya. Suasana kaku
langsung berubah menjadi sebuah perbincangan yang hangat juga akhirnya
menjadi sebuah awal yang indah dalam cerita mereka berdua. Mereka akhirnya
berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa si pria itu adalah seorang
lelaki yang dapat memenuhi segala permintaannya, dia sangat perhatian,
berhati baik, hangat, sangat perduli. Betul-betul seseorang yang sangat
baik. Si gadis hampir saja kehilangan seorang lelaki seperti itu! Untung ada
kopi asin!!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap cerita yang indah, si
gadis menikah dengan si pria dan mereka hidup bahagia selamanya, dan setiap
saat si gadis membuat kopi untuk si pria, ia membubuhkan garam di dalamnya,
karena ia tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan meninggalkan sebuah surat
yang berkata, "Sayangku yang tercinta, mohon maafkan saya, maafkan kalau
seumur hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan yang aku
katakan padamu ..... tentang kopi asin. Ingat sewaktu kita pertama kali
jalan bersama? Saya sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta gula
tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya untuk merubahnya karena
kamu pasti akan tambah merasa tidak nyaman, jadi saya maju terus.

Saya tak pernah terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal komunikasi
kita! Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini, tapi saya terlalu
takut melakukannya, karena saya telah berjanji untuk tidak membohongimu
untuk suatu apa pun. Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi
jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak suka kopi asin,
betul-betul aneh dan rasanya tidak enak.

Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku sejak bertemu denganmu, dan
saya tidak pernah sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya lakukan
untukmu. Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh hidupku. Bila
saya dapat hidup untuk kedua kalinya, saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan
memilikimu seumur hidupku, meskipun saya harus
meminum kopi asin itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu menjadi basah. Kemudian hari
bila ada seseorang yang bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai
garam? Si gadis pasti menjawab dengan yakin, "Rasanya manis !! "

============ ===
Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik dari orang lain, tapi
hanya untuk menyadari bahwa pendapat anda tentang seseorang itu bukan
seperti yang anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin tadi. Tambahkan
Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang garam terasa lebih manis daripada
gula. Hidup adalah sebuah seni hidup yang teramat indah, Nikmatilah dengan
tanggung jawab dan rasa syukur, apapun kelebihan dan kekurangan orang orang
di sekitar anda.

Dari milis money magnet

Selasa, 01 September 2009

"Alergi Hidup"

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan
hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.
Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati".

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit..".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu
sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu
sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap
kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir
terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat,
kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang
penyakit.

Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil
itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi
dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin
sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin
hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.

"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini...
Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau
minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan
tenang".

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia
datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang
satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan
senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang
disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu
malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam
masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran
Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia
mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu" . Sekali lagi,
karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan
manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan
pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah
pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa
aneh sekali dan berkata : "Sayang..., apa yang terjadi hari ini ? Selama
ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya
pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun
langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di
sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai
terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia
mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di
beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya
sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku
selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah,
maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi
sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana
dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol
itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian,
apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja,
maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah
bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan
merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah
jalan menuju ketenangan".

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih
mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.

Itulah sebabnya, ia selalu bahagia..., selalu tenang..., selalu Hidup........

Dari milis money Magnet

Minggu, 30 Agustus 2009

Ada seorang anak lelaki, memiliki hati yang baik, namun memiliki suatu kelemahan, yaitu sifat amat pemarah, dan setiap kali dia marah, selalu mengucapkan kata-kata kasar. Melihat hal itu, amat sedihlah orang tuanya. Lalu berusaha dengan sejuta nasehat, namun terasa sia-sia, karena anak itu tetap saja sia-sia, pada setiap kali anak itu marah, tetap anak itu mengucapkan kata-kata kasar yang melukai.

Pada suatu hari, sang ayah menghampiri sang anak saat di belakang rumah, membawa selembar papan polos bersih, beberapa buah paku, dan sebuah palu, lalu sang ayah berkata, "Nak, setiap kali kamu marah, kamu ambillah paku ini, lalu kamu pukulkan paku ini ke papan polos ini,lampiaskanlah kemarahanmu pada papan ini, sampai marahmu reda."

Lalu anak itu melakukan seperti apa yang ayahnya katakan, setiap marah anak itu marah, dia berlari ke belakang rumah, kemudian memukul paku itu sekuat-kuatnya ke papan itu sampai kemarahannya reda.

Setelah seminggu sang ayah memanggil sang anak ke belakang rumah dan berkata kepada sang anak, "Anakku, sekarang kamu cabutkan paku-paku yang telah kamu tancapkan itu."
Lalu sang anak mencabut paku itu dan berkata kepada sang ayah, "Ayah, susah sekali paku ini dicabut."
Lalu sang ayah berkata, "Kamu merasa susah, itulah kesusahan kita untuk bisa menahan marah dan berdamai dengan orang yang telah kita marahi."
Lanjut sang ayah lagi, "Nach sekarang kamu lihat bekas yang ada khan, itulah luka-luka yang kamu timbulkan saat kamu memarahi orang itu. Setiap kemarahan, pasti akan menimbulkan luka bagi orang lain. Semakin besar kemarahan kamu, semakin dalam paku kamu tancapkan, semakin susah kamu mencabutnya, itu artinya semakin susah kamu berdamai dan semakin besar luka yang kamu tinggalkan. Nach anakku, belajarlah menahan amarah dan emosi. Diamlah pada saat marah, sehingga kemarahan tidak menimbulkan luka pada orang lain."

Fr : Franklin Filbert Irwan
Dari milis kisah2 inspiratif

Jumat, 28 Agustus 2009

Forgiveness Is The True Healer

Salam semuanya.

Sedikit mo sharing ttg acara tv 'Masihkah kau mencintaiku' .
Pada episod kali ini sungguh memberikan sebuah pencerahan dan pemahaman
makna memaafkan,
terutama bagi kita2 yg masih memiliki orang tua.

Sekilas 'masalah' di acara tsb :
Masalah muncul dimana org tua (ibu) dari si suami dikirim ke Panti Wedha
(jompo) atas usulan sang
istri karena merasa tidak mampu menjaga/merawat sang ibu mertua (lumpuh)
lagi karena keterbatasan
waktunya, kerja dari pagi hingga sore, pulang mengurus anak dan suami.
Sang suami merasa kasihan
ke ibunya namun tidak kuasa juga mencegah. Ternyata disini si suami
berpenghasilan lebih rendah
dari si istri. Terjadi konflik di diri sang suami, 1 sisi merasa tak
kuasa 'melawan' sang istri namun 1 sisi
lagi merasa kasihan memikirkan ibunya di panti tsb. Sementara sang istri
tidak mau dipersalahkan
dalam hal ini. Dan karena tidak adanya komunikasi yg baik, akhirnya
timbul masalah.

Sampai disini saya mengambil hikmah bahwa betapa pentingnya komunikasi
antara suami istri, yang
dilandasi dengan keterbukaan, menanggalkan semua ego masing2, dan mau
saling menghargai.
Apalagi jika ada kaitannya dengan orangtua kita sendiri.

Akhirnya di acara tsb pada sesi akhir dihadirkan sang ibu mertua yang
ternyata sangat bijaksana.
Dia mengatakan bahwa walaupun dia sebenarnya lebih memilih tinggal
bersama anak cucunya,
tapi dengan melihat sikon di keluarga anaknya, dia rela berada di panti
jompo. Dia tidak menyalahkan
menantunya, dia memaklumi sgala kesibukannya, dan dia meminta anaknya
agar akur kembali dgn sang istri.
Seorang ibu yg sangat mandiri dan tidak mau merepotkan anak2nya.

Dan setelah sang ibu mengeluarkan seluruh isi hatinya dan
pengharapannya, akhirnya seluruh
keluarga 'tersadarkan' akan keegoan masing2 dan mau saling memaafkan
satu sama lain dgn penuh
linangan airmata tak terkecuali para penonton, pembawa acara, dan para
advisor juga hanyut
dalam perasaan haru...termasuk saya...hehe
Begitu ampuhnya 'memaafkan' tsb dan merupakan hal yang sangat mudah
dilakukan sebenarnya.

Sebuah pemelajaran berharga bagi kita2 semua, khususnya bagi mereka2 yg
memiliki hubungan
yg kurang harmonis dg mertua. Bagaimanapun orangtua WAJIB dihargai dan
dihormati.

Note :
Hanya tidak tahu apakah "uap" mereka berhasil dikeluarkan semua dan
tekanan sudah hilang seperti
yang dijelaskan Pak Adi WG dalam artikelnya "Forgiveness Is The True
Healer" ... hehe

Salam,

Adi S

Diambil dari milis Money Magnet

Rabu, 26 Agustus 2009

Kesetiaan



Pagi itu klinik sangat sibuk.
Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya.
Saya menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk,
mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya.Saya merasa kasihan.
Jadi ketika sedang luang saya sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering,
tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru.
Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, saya putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru.
Lelaki tua itu menjawab Tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari.
Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu saya bertanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.
Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir.
Saya sangat terkejut dan berkata, Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?
Dia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata:
"Dia memang tidak mengenali saya, tetapi saya masih mengenali dia, kan?"

Saya terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangan saya masih tetap merinding.

Cinta kasih seperti itulah yang saya mau dalam hidupku.
Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis.
Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi.


Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik,
melainkan mereka dapat berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.

- Anonymous -

Kiriman dari seorang teman

Jumat, 07 Agustus 2009

APA YANG KITA SOMBONGKAN?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat
Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat
lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan
keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta
nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka
pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa
menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu,
saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang
benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari.

Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor MATERI. Kita merasa
lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor KECERDASAN. Kita merasa
lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor KEBAIKAN. Kita sering
menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus
dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita
mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong
karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena
seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang
lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan
kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini
berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan
kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu EGO di satu kutub dan
KESADARAN sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam
keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu,
kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan
dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih
banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego
inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan
kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju KESADARAN sejati.
Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan
paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah MAKHLUK
FISIK, tetapi MAKHLUK SPIRITUAL. Kesejatian kita adalah spiritualitas,
sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir
dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.
Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam
kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan,
label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak
dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai
kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan,
semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan
sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri. Dalam hidup ini
berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak
akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang
lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk
persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.
Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat
baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan ?

Dari milis Money Magnet

Sabtu, 01 Agustus 2009

Senyum Dua Jari

Pujian dapat menghemat uang kita, mempererat hubungan dan menciptakan kebahagiaan. Kita perlu lebih sering menaburnya ke sekitar kita.

Orang yang paling sulit untuk kita puji adalah diri kita sendiri. Saya dibesarkan utk percaya bahwa memuji diri sendiri akan membuat kita menjadi besar kepala. Bukan begitu. Yang benar adalah menjadi besar hati. Memuji kualitas baik dari diri kita sendiri berarti membesarkan hati dengan cara yang positif.

Saat saya masih seorang mahasiswa, guru meditasi pertama saya memberikan sebuah nasihat untuk dipraktekkan.Awalnya beliau menanyakan apa yang pertama-tama saya lakukan begitu bangun pagi.

"Pergi ke kamar mandi," kata saya.

"Apa ada sebuah cermin di kamar mandimu?" tanya beliau.

"Tentu."

"Bagus," katanya. "Nah setiap pagi, bahkan sebelum kamu menggosok gigi, saya ingin kamu menatap cermin dan tersenyum pada dirimu sendiri."

"Pak !" Saya mulai protes. "Saya ini mahasiswa. Kadang-kadang saya tidur sangat larut dan bangun pagi-pagi dengan perasaan kurang enak. Pada pagi-pagi tertentu bahkan saya ngeri melihat wajah saya sendiri, boro-boro tersenyum."

Beliau terkekeh, menatap mata saya dan berkata, " Jika kamu tidak bisa tersenyum secara alami, kamu dapat memakai dua jarimu, taruh di kedua sudut mulut, dan tekanlah ke atas. Seperti ini," Beliau menunjukkan caranya.

Beliau jadi terlihat menggelikan. Saya terkekeh-kekeh melihatnya. Beliau menyuruh saya untuk mencobanya, dan saya menurutinya.

Pada pagi berikutnya, saya mnarik turun diri saya dari tempat tidur, melangkah terhuyung-huyung ke kamar mandi. Saya menatap diri saya di cermin. "Urrrgh!" Itu bukan pemandangan yang manis. Sebuah senyum alami tidak bisa muncul. Jadi saya meletakkan dua jari telunjuk di sudut mulut dan menekannya ke atas. Lantas saya melihat seorang mahasiswa muda bodoh menampilkan wajah tololnya di cermin, dan saya tak tahan untuk tidak tersenyum. Begitu muncul sebuah senyum alami, saya melihat mahasiswa di cermin tersenyum kepada saya. Saya pun tersenyum lebih lebar lagi, dan orang yang di cermin pun membalas dengan senyuman yang lebih lebar juga. Dalam beberapa detik, kami mengakhirinya dengan tertawa bersama.

Saya terus mempraktekkan nasihat itu setiap pagi selama 2 tahun. Setiap pagi, tak peduli bagaimana perasaan saya saat bangun, saya segera tertawa begitu melihat diri saya di cermin, biasanya sih dengan bantuan dua jari. Sekarang orang bilang saya banyak senyum. Barangkali itu karena otot-otot di sekitar mulut saya menetap dalam posisi seperti itu.

Kita dapat mencoba trik dua jari kapan saja, terutama bermanfaat ketika kita merasa sakit, bosan atau tertekan. Tertawa telah terbukti bisa melepaskan hormon endorphin ke dalam aliran darah kita, yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh kita dan membuat kita merasa bahagia.

Hal itu akan membantu kita melihat 998 bata bagus di tembok kita, bukan hanya dua bata jelek. Dan tertawa membuat kita terlihat rupawan. Itulah sebabnya kadang saya menyebut vihara kami di Perth sebagai "salon kecantikan Ajahn Brahm"



Disalin dari buku Membuka Pintu Hati oleh Ajahn Brahm

Ada keindahan dalam hal2 yang sederhana.

Tadi ada seekor cicak yang sedang kasmaran dan mengejar betinanya, ada daun kuning jatuh dari pohon besar, ada pula segelas air putih yang nikmat sekali.

Kita hanya puas pada kesuksesan besar, keberhasilan yang hingar bingar, keuntungan yang berlimpah. Tapi pernahkah kita menikmati keindahan pada hal2 yang sederhana.

Enaknya bakso tempat SMA kita dulu, murah, gurih, nikmat, dan penuh keceriaan. Makanan ter enak adalah makanan dekat sekolah kita dulu, terutama bakso, dan juga, ada nostalgia disana.

Indahnya matahari pagi, sedapnya bau tanah yang terguyur hujan, indahnya tawa para pedagang asongan. Lucunya anak2 kecil di kebon binatang, walaupun bau tahi gajah menyenggrang hidung. Gembiranya pembantu yang mau pulang lebaran ketika kita beri baju bekas kita. Adakah hal2 kecil ini membuat anda bahagia? Apakah "inner joy" anda bersorak sorai, ataukah sudah tidak ada lagi "keceriaan nurani" ini dalam kehidupan anda?

Kehidupan bukanlah hanya berisi sederetan rekor kesuksesan dan tonggak tonggak sejarah yang kita taklukkan, tetapi juga berisi rentetan kesederhanaan yang indah dan penuh arti.

Bulan lalu saya ke Selecta, sebuah tempat wisata yang sudah 28 tahun tidak pernah saya kunjungi di kota Batu, Malang, Jawa Timur, dan kembali banyak kenangan indah ketika SMA dulu... Ada kenangan, ada kegembiraan rakyat, ada kesederhanaan yang menawan, masih.

Kenikmatan itu murah, dan mudah, kalau kita tahu bagaimana cara menikmati hidup ini. Kita tidak perlu tersandera oleh dogma kehidupan yang harus mendewakan sukses, jabatan, dan materi. Tapi merasakan rasa indah dalam kesederhanaan yang ada.

Mungkin telah terjadi tujuh puluh dua hal kecil yang indah yang anda lalui hari ini, tetapi mata anda tertutup pada satu proyek yang tidak juga goal itu... Mengapa tidak mencoba mebuka mata kita? Kita bagaikan orang yang berada didalam bus yang melewati jalan2 yang luar biasa indah pemandangannya, tetapi kita tutup gorden penutup jendela bus, sehingga apapun tidak terlihat dari dalam.

Kesedihan dan kegagalan pun merupakan sebagian dari perjalanan kehidupan yang dapat kita imani, dan amini. Biarkan kesedihan itu hinggap sebentar dihati, tapi janga biarkan ia berlama lama disana. Kembalilah melihat keindahan dan kenikmatan kecil yang dapat anda syukuri.

Rasakan apapun yang anda lalui, karena hidup ini cuma perjalanan saja. Dan bagaimana kita memilih cara kita memandang hidup ini, adalah hak kita sendiri. Cobalah menikmati kesederhanaan keindahan itu dan menjalani dengan penuh rasa. Nikmati kehidupan ini.


Oleh Tanadi Santoso

Ayahku tukang batu

Action & Wisdom Motivation Training

"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"

Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai
tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di
kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.
Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya,
dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang
tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di
perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab
bekerja sebagai apa.

Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak
dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai
tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak
semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan
perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari
keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis.
Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu
dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di
kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan.
"Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah
seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk
melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak
putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh
dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri
mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,
"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai
sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu.
Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah
tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang
melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan
sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada
di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah
karena ayah salah satu orang yang ikut membangun.
Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,
tetapi keringat ayah ada di sana.
Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana
ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari
gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.
Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun
melanjutkan penuturannya,
"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan
yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun
pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai
dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa
itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri
segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,
"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini.
Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah
seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."
Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan
dirinya sendiri apa adanya. Entah itu
masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,
dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri
atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi
dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan
yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam
keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.
Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,
jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.
Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan
integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini
adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari
apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja
keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso

INI PUN AKAN BERLALU

Seorang petani kaya mati meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya. Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka.

Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satu terbuat dari perunggu murah. Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, dia menjelaskan, “Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu.”

Sang adik tersenyum dan berkata, “Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu.” Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik merenung, “Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?” Dia mencermati cincinnya dan menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu: INI PUN AKAN BERLALU. “Oh, rupanya ini mantra ayah…,” gumamnya sembari kembali mengenakan cincin tersebut.
Kakak-beradik tersebut mengalami jatuh-bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta-pora, bermabuk-mabukan, lupa daratan. Ketika panen gagal, dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, hutang sana-sini. Demikian terjadi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya dia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya dia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya, tetapi dia teringatkan oleh cincinnya: INI PUN AKAN BERLALU. Jadi dia pun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Ketika panen gagal, dia juga ingat bahwa: INI PUN AKAN BERLALU, jadi ia pun tidak larut dalam kesedihan. Hidupnya tetap saja naik-turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal, namun dia tahu bahwa tiada yang kekal adanya. Semua yang datang, hanya akan berlalu. Dia tidak pernah kehilangan keseimbangan batinnya, dia hidup tenteram, hidup seimbang, hidup bahagia.

inilah hidup sebagai manusia seperti rumput di padang yang mati dan berganti setiap waktu. Relasi bisa datang dan pergi tanpa pernah bisa berhenti. Kemanusiaan yang terbatasi oleh banyak hal. semuanya pasti akan berlalu. ada waktu untuk mencintai. ada waktunya.


diambil dari notes Rm Yulius Hirnawan

Rabu, 29 Juli 2009

Hari ini

-- Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, Pikirkan tentang
seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali ..

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang
seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan..

-- Hari ini Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa... Pikirkan tentang
seseorang yang meminta-minta dijalanan.

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk... Pikirkan tentang seseorang
yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu... Pikirkan tentang
seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup...

-- Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu... Pikirkan tentang seseorang
yang meninggal terlalu cepat...

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu... Pikirkan tentang
seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya tidak bisa..

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu
tidak mengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan
dan tidak punya rumah..

-- Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah berkendara..
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan
kaki ..

-- Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu. ..Pikirkan tentang
pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti
anda...

-- Hari ini Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, Ingatlah
bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.. Kita semua menjawab kepada
Tuhan...

-- Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, Tersenyum dan
mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup

Dari milis sebelah

3 HARI DALAM HIDUP INI

Hari Pertama : Hari Kemarin.

Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.

Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Kita tak mungkin lagi
menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang,lepaskan saja…

Hari Kedua : Hari Esok.

Hingga mentari esok hari terbit, Kita tak tahu apa yang akan terjadi. Kita tak
bisa melakukan apa-apa esok hari. Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok
hari.Esok hari belum tiba, toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya biarkan
saja…Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.

Ke 3 : Pusatkan saja diri Kita untuk HARI INI..

Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampumemaafkan hari
kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa
lalu dan masa depan hanyalah permainanpikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya.
Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi. Perlakukan setiap orang
dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah
berganti. Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain
bukankarena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung,
lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga.

Dari milis sebelah

Aku lahir dari perut ibu..


Bila dahaga, yang susukan aku.....ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku....ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut....Ibu
Bila bangun tidur, aku cari....ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang ....ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati....ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah....ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya....ibu
Bila nakal, yang memarahi aku....ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma....ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah....ibu
Bila takut, yang menenangkan aku....ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk....ibu


Aku selalu teringatkan ....ibu
Bila sedih, aku mesti telepon....ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu.... .ibu
Bila marah.. aku suka meluahkannya pada..ibu
Bila takut, aku selalu panggil... "ibuuuuu! "
Bila sakit, orang paling risau adalah....ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga....ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku....ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau..... ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku. ...ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal.....ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku....ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku...ibu
Yang selalu memuji aku....ibu
Yang selalu menasihati aku....ibu
Bila ingin menikah..Orang pertama aku datangi dan minta
persetujuan. ....ibu

Aku ada pasangan hidup sendiri....
Bila senang, aku cari....pasanganku
Bila sedih, aku cari....ibu
Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada....pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada....ibu
Bila bahagia, aku peluk erat.....pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat.....ibuku
Bila ingin berlibur, aku bawa....pasanganku
Bila sibuk, aku antar anak ke rumah....ibu
Bila sambut valentine.. Aku beri hadiah pada pasanganku
Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"
Selalu.. aku ingat pasanganku
Selalu.. ibu ingat aku
Setiap saat... aku akan telepon pasanganku
Entah kapan... aku ingin telepon ibu
Selalu...aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu

Renungkan:
"Kalau kau sudah selesai belajar dan berkerja.... masih ingatkah kau pada ibu?
tidak banyak yang ibu inginkan... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah".

Berderai air mata jika kita mendengarnya. ........
Tapi kalau ibu sudah tiada....... ...
IBUUUU...RINDU IBU.... RINDU SEKALI....
Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya....
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya....... .
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....
dan akhir sekali berapa banyak yang men-SHOLAT-kan JENAZAH ibunya......

dari milis sebelah