Rabu, 07 Oktober 2009

SEPATU

Suatu hari seorang Bapak tua hendak menumpang bis di Orchard Road. Pada saat
ia menginjakkan kaki kirinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dari
kakinya dan jatuh ke jalan. Lalu pintu segera menutup secara otomatis dan
bis mulai bergerak, sehingga ia tidak sempat memungut sepatu yang terjatuh
tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan
melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk di dalam bis itu melihat kejadian itu merasa
heran. Ia lalu memberanikan diri dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku tadi
melihat apa yang anda lakukan, Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda
yang sebelahnya juga?”.

Si Bapak tua menjawab, “Supaya siapapun menemukan sepatuku bisa
memanfaatkannya.” Anak muda itu terperanjat.

Si Bapak melanjutkan, “Jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin
memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Satu sepatu
hilang dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagiku.
Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah
yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkannya.”

Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik.
Kamu bisa melihat bagaimana paradigma Bapak itu merupakan sesuatu yang
berbeda dan melawan arus dunia. Jim Elliot, seorang misionaris pernah
berkata, “He is no fool who gives what he can’t keep to gain what he can’t
lose.” (Bukahlah suatu kebodohan untuk menyerahkan apa yang tidak bisa
dipertahankan demi mendapatkan apa yang tidak bisa hilang).

by Agustinus Cahyana

0 Comments:

Post a Comment