Senin, 22 September 2008

Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil
balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu sebab ini adalah babak final.
Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan
yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah
peraturannya.

Ada seorang anak bernama Unyil. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk
dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Unyil lah
yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu
untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan
sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya . Namun, Unyil bangga dengan itu semua. Sebab,
mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap
anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4
"pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4jalur terpisah
diantaranya.

Namun, sesaat kemudian. Unyil meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai.
la tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan
tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian. la berkata,
"Ya, aku siap!".
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong
mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang
bersorak-sorai bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing "Ayo ayo . .
cepat . . cepat. .
maju. . maju". begitu teriak mereka. Daaann . . . sang pemenang harus
ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Unyil lah
pemenangnya. Ya, semuanya senang riang, begitu juga Unyil. la berucap dan
berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Unyil maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala
itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa
kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Unyil terdiam. "Bukan Pak, bukan itu
yang aku panjatkan" kata Unyil.

la lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk
menolong kita mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan,
supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar
itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi
ruangan.

Dari milis Money Magnet

0 Comments:

Post a Comment