Kamis, 24 Juli 2008

*MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT*

kisah yang mengharukan. .worth to read

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo, Direktur
Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan
Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm
memajukan industri Reksadana di Indonesia.
Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.
Silahkan baca dan dihayati.

*MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT*
- - - sebuah perenungan buat para suami baca ya … istri
& calon istri juga boleh..


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg
sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58
tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang
sakit istrinya juga sudah tua.. mereka menikah sudah lebih
32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan
menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2
kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama
2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi
lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak
bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV
supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat
istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno
tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia
pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia
pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas
maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan
ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah
dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah
orang tua mereka sambil menjenguk Ibunya. Karena setelah
anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2
dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg merawat, yang
dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata
"Pak kami ingin sekali merawat Ibu semenjak kami kecil
melihat Bapak merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan
keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak tidak ijinkan
kami menjaga Ibu". dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami
mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibupun akan
mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan
berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak,
kami janji kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara
bergantian ..."

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2
mereka."Anak2ku … Jikalau perkawinan & hidup
didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah
… tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku
itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian
... sejenak kerongkongannya tersekat … kalian yg selalu
kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak
satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya
Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?

Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa
bahagia meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih
sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun
melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno …
dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya
itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah
satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan
merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah
tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau
dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun
tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.

"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta
dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi
waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya
memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya
mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 ...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita
bersama … dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya
dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit,,,"

0 Comments:

Post a Comment