Selasa, 11 Maret 2008

MISTERI PERBEDAAN REZEKI

Nasruddin, suatu ketika bertemu empat orang anak yang sedang
kebingungan membagi sekantong buah kenari. Melihat kedatangan orang tua
yang terkenal arif bijaksana itu, maka ke empat anak tersebut
memutuskan untuk meminta pertolongannya.



"Mullah (mahaguru, penguasa), kami tidak dapat membagi kenari ini
secara adil, dapatkah Anda menolong kami membaginya?" kata anak-anak
itu, sebagaimana diceritakan Mohammad Yasin Owadally dalam buku Great
from Mullah Nasruddin Effendi.



Mendengar pemintaan itu, Nasruddin balik bertanya, "Cara pembagian
bagaimana yang kalian inginkan? Cara pembagian Tuhan, atau cara
pembagian makhluk hidup?"



"Cara pembagian Tuhan," jawab ke empat anak itu serempak dan kompak.



Maka, Nasruddin pun membuka kantong yang penuh buah kenari tersebut.
Lalu, dua genggam diberikannya kepada anak pertama, segenggam kepada
anak kedua, dua butir kepada anak ketiga, dan hanya sebutir untuk anak
keempat.



Ke empat anak itu tentu saja keheranan luar biasa. Bagi mereka,
pembagian demikian itu jelas sama sekali tidak bijaksana. Karena itu
mereka pun serempak bertanya, "Pembagian macam ini, wahai Mullah yang
terkenal arif bijaksana?"



Tapi Nasruddin justru tersenyum saja mendengarnya. "Itulah cara
pembagian Tuhan sebagaimana yang kalian minta," ujarnya, sambil menaiki
keledai meneruskan perjalannya. Ke empat anak itu tentu saja semakin
penasaran. "Mullah, Tuhan itu Maha Adil Maha Bijaksana. Tak mungkin Dia
mengajarkan pembagian begitu rupa," teriak mereka.



"Ya, begitulah cara Tuhan membagi rezekinya. Beberapa orang diberikan
sedemikian banyak, beberapa orang diberinya lumayan banyak, beberapa
orang diberinya sedikit saja, dan beberapa orang lainnya nyaris tak
mendapatkan apa-apa. Jadi beda sekali dengan pembagian cara manusia,
yang selalu menginginkan pembagian sama rata," jawab Nasruddin sambil
meneruskan perjalannya.



Ke empat anak itu tentu saja tak mampu memahaminya sepenuhnya. Tapi,
kita semua tentu sangat mafhum apa makna terdalam dari ucapan Sang
Mullah yang di Turki biasa disapa Hodja itu.



Kita semua mafhum, rezeki dari Tuhan dibagikan sesuai dengan kerja
keras dan ketulusan kita meminta kepada-Nya. Kita semua bahkan mafhum
bahwa banyak sedikitnya rezeki yang diberikan-Nya tidak semata untuk
memuaskan nafsu belaka.



Kita semua mafhum bahwa kekayaan atau kefakiran bukanlah wujud dari
ketidakadilan dari Tuhan Yang Maha Adil. Kita semua mafhum bahwa
ketidakmerataan rezeki bukanlah manifestasi pilih kasih dari Tuhan Yang
Maha Pengasih.



Semua itu justru merupakan ujian dari Sang Penguasa Alam. Sebab, dengan
limpahan kekayaan orang justru bisa terjerumus ke jurang kenistaan.
Misalnya membeli semuanya, tak peduli lagi halal haramnya. Demikian
pula dengan kemiskinan, orang bisa menanggalkan rasa malunya menjadi
meminta-minta di jalan raya. Kemiskinan bahkan bisa membuat orang
menghalalkan segala cara untuk mengisi perutnya, kecuali mereka yang
menyadari bahwa sebenarnya kemiskinan bukanlah sebuah kenistaan.



Lebih dari itu semua, inilah misteri perbedaan rezeki. Tiap orang
memang tak mungkin dibagi sama rata. Sebab, jika semuanya dipastikan
mendapat sama banyaknya atau sama sedikitnya, untuk apa pula hidup ini
diperjuangkan? Untuk apa mengejar pendidikan setinggi awan, untuk apa
bekerja susah payah hingga larut malam? Bahkan, eksistensi doa pun
menjadi layak dipertanyakan.***

On behalf of Nirvana Blue


0 Comments:

Post a Comment